SAJAK AKU
بسم الله ا لر حمن ا لرحيم
SAJAK AKU
Oleh Winar To
2004
DiriMu diriku
Setelah kupahami dirimu.
Dan semakin memahami.
Makin sulit aku menterjemahkanmu.
Kamu memiliki sifat namun tak ada sifatmu.
Kamu maha mencipta, namun tiada ciptaanmu.
Kamu tersembunyi didalam penampakanmu
Kamu dan aku bukanlah keterpisahan,
Mendengar adalah dzatmu,
Melihat adalah dzatmu,
Berkata adalah dzatmu,
Kehendak adalah dzatmu,
Ilmu adalah dzatmu,
Hidup adalah dzatmu,
Kuasa adalah dzatmu.
Saat aku menyaksikan wujudMu
Aku tak ingat namaMu
Aku tak ingat sifatMu
Aku tak ingat perbuatanMu
Setelah kutemukan diriku
Tiada lagi aku melihat wujudku
Tiada lagi aku melihat sifatku
Tiada lagi aku melihat namaku
Tiada lagi aku melihat perbuatanku
Tiada lagi .
Tiada.
Anggur Langit
Sendiri bersama batu dan pasir panas
diatas gunung kapur
Meminum setetes anggur langit,
merah merona mewajah.
lembut.
Tampak memutih segala warna
menyatu dengan gemersiknya kapur
terbawa deburan badai
menutup segala
daun rumput kuning memutih
Pelangi turun bersama deburan hujan
dan matahari tak sanggup menghijaukan
memerahkan, menjadikan jingga, atau menguningkan, membirukan, bahkan kembali menjadi putih.
Semut, gajah, kera, anjing, burung
menjadi putih terbungkus badai kapur
tergulung melebur
Tampak terbuka cadarmu, putih pipimu merona, tersenyum
Kuteguk lagi setetes anggur langit,
keluar aku dari aku
melesat terbawa arus badai
kepuncak gunung fana
menggapaimu
Badai bergelombang semakin berat
menekanku limbung aku
dalam selimut badai.
Semakin berat juga rinduku, tak pernah ku ukur seberapa jauh aku merindu melesat
ingin aku segera sampai kepadamu
Membuka cadarmu,
Namun Jubah mabuk ini begitu sulit kulepas, menyelimutiku meliputiku.
terjebak aku pada kerumunan pemabuk
didalam kedai para pemabuk
Sudah kucampakan sorbanku,
dan kubuka seluruh jubah sar’iku
hanya untukmu.
Rindu
Kerinduannya ada didalam rasa
ingin ia tampakan rasa agar aku ikut merasa.
cinta itulah yang merasa
Ingin dibagi rindunya kedalam rasaku
rindunya seperti tetabuan
berdentum
berdering
bergetar
mengaduk
menari didalam rasa,
Rindunya seperti pemijat
memijit lembut sulbinya
berdetak lembut dalam
hasratnya keluar
menyemburat cahaya kemesraan
sampai kelangit-langit rasa
Rindunya bersatu dengan para pecinta rasa
mengalir deras, menyibak gelisah menuju si rasa
Rindunya
tak terbagi oleh rasa,
Rindunya melintasi segala batas,
Pada batas tak berantara takberpisah tak bersatu dia berkata
Jika sekarang engkau memakai baju hamba, segera lepaskan !.
Lihat dirimu, pantaskah engkau memakainya?.
Sujud dan menangislah sekencang-kencangnya.
Segeralah engkau telanjang
Mandilah bersihkan tubuhmu
Jangan lupa pakai wewangian
Sekarang duduk dan minumlah khamr tua kesenangan para nabi.
ini, bersamaku !
Seteguk demi seteguk terasa nikmat
Kutatap wajahmu yang ada wajahku
Habiskan dengan mangkok-mangkok besar karena tak akan nikmat hanya dengan gelas kecil.
Tetaplah telanjang!
Jangan dulu kaupakai baju kehambaanmu
Sebelum engkau bangun dari kemabukan
Karena bisa mengotori tubuhmu
Teruskan minum khamrmu.
Sampai engkau tidak lagi mabuk karenanya.
Sekarang berjalanlah berperanglah pakai kembali baju kehambaanmu yang lepas.
Sampai saatnya nanti engkau dianugerahi kemerdekaan.
Jadilah kamu hamba yang merdeka
Dan memperoleh baju Rubbubiyah.
Yang DenganNya engkau bercinta.
لحمدلله رب العلمين
Comments
Post a Comment