Matematika Tauhid 1

Mi’roj Dengan

MATEMATIKA TAUHID

Oleh Winar To

1/0 =  Tak Hingga (h)
dimana
x^0 = 1
dan
0^x=0




Mi’roj adalah naiknya Hamba dari daratan iman berhadapan Allah di makom kegaiban tunggal yang disebut sebagai ahdiyat, wahdat, wahdiyat. Naiknya penyaksian (syuhud) dari wihdatul syuhud menghadap pada Wujud Mutlak, naiknya hamba dari aqal, hukum, ruh tenggelam dalam kemutlakan WujudNya.
Mi’roj bisa menimpa siapapun asalkan ia beriman dan telah melakukan isro, karena mi’roj juga adalah bagian dari sunah yang diajarkan oleh Rosulullah Saw.
Wujud Mutlak itu bernama Allah, adalah sesuatu yang definisinya mustahil untuk dijelaskan dengan aqal, baik aqal yang paling rendah seperti aqal yang mengurai wujud-wujud material, maupun aqal yang mengurai wujud-wujud non material, maupun aqal yang meliputi wujud non material dan material.
Jikapun diurai paling berpuncak pada pendekatan pemahaman, wacana, dan ungkapan-ungkapan ilmu bukan pada makna atau kejadian yang sesungguhnya, sehingga dibuatlah suatu aturan atau hukum untuk tidak memikirkan “Wujud Mutlak” ini.
Setiap ilmu, baik ilmu yang bersifat material maupun spiritual akan berpuncak pada ketidaktahuan, pada ketakhinggaan yang tak dapat dijangkau dengan aqal.Semua ilmu adalah perjalanan menuju Dzat Wajib al-wujud Al-Haq-Al-Mutlaq.Tidak terkecuali matematika, ia dengan sangat jelas menggambarkan perjalanan seseorang menjadi Ahlu Tauhid, ia menjadi seperti peta, dengan kesederhanaan dan keanggunannya serta keindahanya, ia menyibak hutan belantara kemajemukan dan melihat hakikat kalimat Tauhid.
Tauhid adalah Hakikat matematika, karena tidak dinamakan matematika jika masih merujuk pada kenyataan (alam semesta, sesuatu yang tidak pasti). sedangkan Tauhid hanya merujuk pada sesuatu yang pasti ia tidak menggunakan alam semesta sebagai dalil (argumentasinya) tetapi Dzat Allah-lah dalil itu sendiri.
Al-Junaid Ra Berkata :
Wujudku yang sebenarnya adalah
Ketika aku hilang dari rasa wujud
Karena ada kejelasan bagiku
Berupa penyaksian pada Tuhanku.


Adalah anugerah yang teramat besar saat-saat menikmati keindahan segala sesuatu termasuk matematika ketika ia bertasbih kepada Allah, karena tidak ada sesuatupun di langit dan di bumi dan apa yang ada diantara keduanya yang tidak bertasbih kepada Allah. Mereka semua bertasbih, angka-angka, bilangan, huruf, bahasa, ilmu, semuanya bertasbih kepada Allah.Melihat indahnya angka dan huruf menjalankan sholat untuk mi’roj kepada Allah, berjumpa denganya dalam kedekatan yang teramat dekat.
Matematika adalah sebuah kata dari bahasa Yunani. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia secara murni artinya adalah tekun belajar, mencari ilmu, pengkajian. Dalam bahasa Arab adalah Tholabul Ilmi’, atau di ringkas dengan iqro. Jadi Matematika Tauhid artinya adalah belajar ilmu tauhid.Pemberian judul matematika tauhid karena memang ada hubunganya dengan matematika yang matematis.

Matematika dalam terminologi umum adalah pengkajian ilmu yang ruang lingkupnya menyempit, yang sering dikatakan sebagai sesuatu yang bersifat matematis (Bilangan,ruang,bidang,fungsi dll).Matematika adalah ilmu membahas bagaimana menegaskan kebenaran struktur abstrak dengan memeriksa axioma.
Tauhid sesungguhnya adalah ibunya ilmu pengetahuan, ia adalah konsep matematika yang menggambarkan perjalanan seluruh perbuatan, nama, sifat dan dzat menuju pada satu Wujud Tunggal (Allah) yang masih berupa struktur abstrak dengan cara memeriksa (menyaksikan) AXIOMA (HUWA) yang wujudnya adalah Alam arwah.
Membahas Tauhid adalah membahas matematika, membahas bilangan-bilangan, angka-angka, fungsi, ruang karena Tauhid sendiri berarti mengesakan, menyatukan artinya menyederhanakan dengan menghimpun ketakhinggaan bilangan, geometri, sifat, fungsi yang memiliki rupa masing-masing menjadi satu bilangan yang bernama “X”.
Bilangan “X” bisa dibagi dengan bilangan apa saja, dan hasilnya akan bermacam-macam sesuai dengan besarnya bilangan pembagi, keunikan terjadi ketika bilangan “X” dibagi dengan bilangan yang sama yakni hasilnya akan menjadi satu, x/x = 1.Lebih unik lagi ketika x=0, maka hasilnya bukan 1 tapi nol dan akan tetap selalu 0. Bilangan 0 (jika bisa disebut sebagai bilangan) adalah pintu untuk memasuki ketakhinggaan, jika ia menjadi bilangan utama bukan pembagi,ia akan tetap 0 tidak ada perubahan, namun jika ia menjadi bilangan pembagi maka ia akan memasuki wilayah ketakhinggaan (Struktur Abstrak), wilayah dimana akal tak mampu lagi mencerna dan menganalisa itulah “Wujud Mutlak”.
Dikatakan Wujud Mutlak, karena memiliki sifat ketakhinggaan, ketakhinggaan itu bukanlah suatu keadaan ataupun ketiadaan, tak bisa dikatakan isi ataupun kosong, ia tak terpengaruh oleh keadaan(1) ataupun ketiadaan (0).
Untuk memasuki ketakhinggaan “Wujud Mutlak”, sesuatu harus keluar dari Aqal yang masih memegang erat prinsip-prinsip bilangan, yaitu berupa hukum alam dan kemajemukan bilangan. Lalu Bagaimana caranya keluar dari Aqal?!.
Rumus untuk keluar dari aqal adalah “La ilaha ila Allah” maknanya adalah menihilkan segala segala sesuatu dan menetapkan sesuatu sebagai satu-satunya yang Ada yakni Allah, tiap-tiap sesuatu itu fana (0) sejak dulu, sekarang dan yang akan datang tetap fana (0).
Derajat (pangkat) setiap kemajemukan bilangan(x) adalah ketiadaan, dan setiap bilangan jika disematkan pangkat ketiadaan hasilnya adalah satu. Jadi La ilaha ila Allah jika dirumuskan dalam kalimat matematika adalah
X^0 = 1.
dimana ^ = pangkat
X = semua fungsi, bilangan’ himpunan bilangan, deret bilangan dan semuanya yang masih ada di dalam aqal
0= ketiadaan,

Hanya sesuatu yang sudah memiliki derajat fana, mati(0), Niscaya Akan menjadi tetap Ada, hidup (1), Huwa(1) adalah Wujud Allah.Ini mengisyaratkan puncak dari kefanaan, kebinasaan adalah Ahad, keadaan hakiki.Segala sesuatu yang hakikatnya tiada, jika ia jujur dengan derajat atau pangkat ketiadaanya maka akan menjadi Ada, seperti kejujuran kalimat matematika diatas. Ini juga pembuktian dari kalam hikmah yang kerap diucapkan oleh sebagian besar Arif Billah yakni
“jika engkau menampakan kekuranganmu maka Allah akan menyempurnakanya”
Satu adalah wujud, dan 0 adalah non wujud, jika masih melihat wujud dan non wujud maka masih ada didalam Aqal, maka yang satu harus di urai dengan yang kosong dengan cara mengimani dengan menetapkan didalam hati bahwa yang satu diatas yang kosong (istawa ala Al-arsy), maka isi (Ada) dibagi dengan kosong (tidak Ada)= ketakhinggaan - hasilnya Tak bisa disimpulkan.
1/0 = Tak Hingga (h)
dimana
x^0 = 1
dan
0^x=0

Satu adalah kenyataan yang berjalan bagi Wujud mutlak, Cahaya pertama, Nur Muhammad yang bermakna Ada dan dikekalkan oleh wujud mutlak, Dia adalah Huwa – Allah, Ahad yang tidak bisa didefinisikan dengan apapun, ini juga bukti bahwa hamba, manusia mustahil untuk mengenal Allah.
Nol (0) adalah derajat makhluk, yang bermakna tidak ada, namun seringkali mengada-ada maka dipangkatkan dengan x,
X adalah segala sesuatu yang diada-adakan namun hakikatnya tidak ada maka di pangkatkan dengan 0
h = (Ketakhinggaan), sesuatu yang tak bisa disimpulkan, sangat tersembunyi dalam bahasa matematika dinamakan struktur abstrak yang menurunkan axioma, Axioma adalah titik awal untuk menurunkan logika, sedangkan axioma dalam bahasa yunani adalah sesuatu yang sudah dipastikan kebenarannya.
Jadi ketakhinggaan adalah Wujud Mutlak (wujud yang sudah dipastikan kebenaranya) berada sebelum alam semesta tercipta,ia tak bisa disimpulkan sebagai bilangan atau rupa sesuatu. Ini adalah isyarat yang menyembah dan disembah Wahid, Wahid bukan bermakna nomer 1 setelah 0, sebelum 2,3,4.., tetapi wahid disini bermakna satu yang unik, ketakhinggaan, tak terurai, tak terdefinisi dalam aqal, kata, bahasa dan angka.
Wujud mutlak, Adanya tidak membutuhkan proses kejadian (kunhi Dzat),karena Wujud Mutlak adalah kunhi dzat itu sendiri. Jika sesuatu masih membutuhkan kunhidzat (proses kejadian)tidak bisa dikatakan Wujud Mutlak tetapi namanya adalah wujud mumkin (relativ). Jadi tidak adalagi sesuatu diatas kunhidzat (Dzat Mutlaq).
Rosulullah saw ditanya Seorang arif Billah,” Ya Rosul, Dimana Allah ketika belum ada alam semesta?”,Rosul menjawab,” Dia Berada di kehampaan. Tidak ada udara, pun diatasnya, tidak juga dibawahnya.Namun kebesaranya mencakup atas segala atas, bawah segala bawah, sebelum segala sebelum, sesudah segala sesudah.
Makna hadis diatas penafsiranya adalah Yang Ada berada diketiadaan yang diatasnya tidak ada udara dibawahnya tidak ada udara itulah yang dimaksud dengan ketakhinggaan, karena udara adalah wujud materi yang paling halus yang bisa dicapai dengan Aqal.Atau mungkin hadist tersebut juga makna dari ayat “Allah Bersemayam diatas Arsy”.Dia meliputi seluruh Arsy, alam semesta. Dia mengetahui sangat rinci setiap proses kejadian awal dan akhirnya, tak ada sesuatupun yang lepas dari-NYa, dari zatNya, dari sifat-Nya, dari asma-Nya, dan dari Af’al-Nya. Setiap zarroh kehidupan jika dibentangkan kemudian di cacah-cacah menjadi berbilang-bilang maka setiap bilangan menyenbunyikan rahasia wujud-Nya.
Memasuki wilayah ketakhinggaan Wujud mutlak adalah kemerdekaan sejati, kebenaran sejati,kebenaran yang tidak dibungkus oleh frame-frame ketuhanan, dan frame-frame kemakhlukan. Kebenaran yang terbebas dari othoritas siapapun, karena Dia sendiri adalah othoritas, kebenaran yang terbebas dari rasa takut ketika mempertahankannya.
Dia adalah puncak mi’rojnya Muqmin, Hanya Rosulullah Saw yang bisa mencapai ini dan juga para nabi dan Aulia yang berada dibawah bimbingan Rosulullah saw.
Sholat adalah perjalanan seorang mukmin untuk menjalin hubungan erat tak terpisahkan dengan Allah dengan cara mengingatNya.Setiap yang sholat pasti bertemu dengan Tuhannya dengan cara mengingat, menyaksikan, dan merasakan, inilah sholat yang bermakna mi’roj.
Dibagi dalam tiga lapis sholat.
Pertama. Sholat dalam rupa 0^x=0
Sholat dalam bentuk dan rupa adalah wujud sholat dalam rupa lahiriah, yang diingat dalam sholat diwilayah ini adalah sesuatu yang sifatnya lahiriah yakni hiruk pikuk duniawiyah yang hubungannya dengan agama, mata pencaharian, pekerjaan, anak, istri, soudara, teman, keluarga, dan segala permasalahanya.
Semua yang sholat baik yang khusyuk, maupun yang tidak khusyuk, baik dia seorang nabi, waliyullah, orang-orang-khusus, maupun orang-orang awam pasti mengingat hal-hal diatas.
Sholatnya orang yang awam akan berhenti disini, ia tidak mampu menyibak hakikat kemajemukan wujud yang bermunculan didalam sholatnya, sehingga sholatnya tak sampai pada hakikat yang mengingat dan yang diingat.Karena mereka masih merasa ada, artinya mengakui keadaanya ketika sholat namun hakikatnya tidak ada.
Diatas adalah sholat yang masih berada diatas kerteputusan dengan Allah, sholat yang tidak sampai kepada Allah, tapak-tapak sholatnya tidak mampu membekas didalam jiwa, sholatnya sia-sia.
Sholatnya orang-orang yang merasa ada namun hakikatnya tidak ada. Seperti kalimat matematika diatas 0^X = 0, hasilnya adalah kesia-siaan belaka.
Seorang musholi tidak dibenarkan untuk berhenti pada wujud formalitas sholat seperti diatas.Ia wajib melangkah lebih jauh untuk menyingkap setiap gerak, bilangan, huruf dan kata yang bertaburan dari lidahnya tatkala sholat.
Kedua. Sholat dalam rupa X^0=1
Yang kedua ini adalah sholatnya orang-orang yang sedang menuju kepada Allah, yang sedang dalam isro yang disebut sebagai pesuluk yang sedang mengamalkan Syuhud dan musyahadah. Yang sedang menyibak hijab-hijab akan pengakuan diri.
Sholat dengan konsep La ilaha Ila Allah, konsep tauhid untuk menuju keikhlasan yang sempurna, keikhlasan yang tidak dikotori oleh kepentingan pribadi berupa doa dan permintaan serta pengakuan atas kekuatan sendiri didalam sholat, sholat yang tidak dilalaikan dari mengingat selain Allah.
Sholat dalam kategori ini memiliki ribuan tingkatan jika diperinci satu-persatu.Tetapi garis besarnya seorang pesuluk adalah orang yang memiliki persangkaan yang kuat yang mendekati keyakinan bahwa dirinya akan bertemu dengan Allah. Sehingga yang di lihat dalam sholat ini hanya Allah, apapun yang muncul dibenak, yang hadir dihadapanya, yang pergi, yang tiada, tiada lain adalah Allah.
Dan mintalah pertolongan dengan shabar dan Sholat.
Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang Khusyuk,
Yaitu orang-orang yang menyangka dengan kuat (yakin) bahwa mereka akan bertemu dengan Tuhan-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
(QS.2-45-46)
Dalam pengertian ini seorang salikin adalah bagian dari golongan orang-orang yang khusyuk didalam sholatnya. Namun Khusyuknya para pejalan (pesuluk) adalah bertingkat-tingkat dari 10 % sampai 50 %.Sholat pada tataran ini sudah mulai terlihat wujudnya dialam Akhirat (mistal), jika syuhudnya 10% yang terlihat disanapun 10% Dari satu rokaat, baru takbir sudah hilang syuhudnya, jika 20 % maka sampai membaca Al-fatihah dst…
Perjuangan mereka didasari pada suatu persangkaan yang kuat (ilma yakin) yang menuju pada keyakinan.
Beribadahlah kamu sampai datang keyakinan
Dalam Ayat diatas untuk mencapai khusyuk, syaratnya adalah meyakini dengan pengetahuan (ilmu, diatas di istilahkan dengan nama dzan yang kuat) bahwa ia akan berjumpa dengan Tuhan-nya dan akan kembali kepada-Nya.
Ketiga. Sholat dalam rupa 1/0 = KETAK HINGGAAN.
Sholat yang terbebas dari ruang dan waktu, yang tak bisa dihitung balasanya, malaikat akan kesulitan untuk menghitung pahala Insan Kamil yang mengalami sholat tingkatan ketiga ini.Sholat yang berkesinambungan dari nafas ke nafas.Dari Nafas-Nya kembali kenafas-Nya, shingga ketika Ahlu sholat ini bernafas,yang keluar, yang masuk, yang diam dan yang meliputi nafasnya adalah Nafas Allah. Sholat yang telah sempurna syuhud dan musyahadahnya yaitu dari 50% sampai 99.999%
Sholat pada tataran dimana seseorang telah mengenal diri kehambaan dan diri ketuhanan, dan mampu menempatkan kedudukan masing-masing. Diri ketuhanan (ADA) berada diatas diri kehambaan(Tiada). Mikul nduwur mendem njero.
Sehingga jika dibahasakan dalam bahasa matematika Yang Ada(Allah) berada diketiadaan (Hamba) maka hasilnya tak bisa didefinisikan atau dinamakan wujud KETAKHINGGAAN, karena telah terlepas dari daratan keimanan dan tenggelam dimartabat penyaksian akan Tajali’at Dzat Haq ta’ala yang laisya kamistlihi syai’un, yang meliputi segala yang ada dan yang tidak, yang isi dan yang kosong. Yang tidak bisa dicapai oleh segala penglihatan namun mencapai segala penglihatan, yang mengetahui segala sesuatu dengan kelembutan wujudnya.
Sholat pada tataran Wujud yang ketiga inilah yang disebut sholat bermakna mi’roj yang seperti dalam hadis


Sholat itu Mi’rojnya Mukmin
Sholat itu
naiknya sesuatu kepada sesuatu dari sesuatu

Comments

Popular posts from this blog

Kalam Hikmah Syaikh Maulana Hizboel Wathony

KITAB